FAWAID ZUHUDNYA IMAM AL-BUKHORI rahimahullah
26 September 2016
Last Updated on 26 September 2016
Abu Kayyisa
Barakallahu fikum, semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan bagi antum sekalian. Berikut adalah pembahasan yang penuh inspirasi tentang figur Imam Al-Bukhori rahimahullah.
Imam adz-Dzahabi menukilkan kisah nyata dari Imam al-Bukhori rahimahullah dalam kitabnya Siyar 'Alam an-Nubala:
وَقَالَ غُنْجَارٌ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بنُ حمدٍ المُلاَحِمِيُّ، سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بنَ صَابرِ بنِ كَاتِبٍ، سَمِعْتُ عُمَرَ بنَ حَفْصٍ الأَشْقَرُ قَالَ: كُنَّا مَعَ البُخَارِيِّ بِالبَصْرَةِ نكتبُ، فَفَقدنَاهُ أَيَّاماً، ثُمَّ وَجدنَاهُ فِي بَيْتٍ وَهُوَ عُريَانٌ، وَقَدْ نَفِدَ مَا عِنْدَهُ، فَجَمَعنَا لَهُ الدَّرَاهِمَ، وَكسونَاهُ
Telah berkata Ghunjaar, telah mengabarkan kepada kami Ibrahim bin Hamd al-Mulaahimiy, (dia bekata) aku pernah mendengar Muhammad bin Shoobir bin Kaatib, (dia Muhammad bin Shobir berkata), aku pernah mendengar Umar bin Hafsh Al-Asyqar berkata, “Kami pernah bersama imam Al-Bukhori di kota Basroh, kami senantiasa menulis (kajian ilmu darinya), kami tidak menjumpainya mengajar kajian beberapa hari, kemudian kami dapati beliau ternyata ada dirumahnya dan beliau tidak mempunyai satu bajupun, telah habis apa saja yang beliau miliki, maka kami mengumpulkan untuk beliau beberapa dirham dan kami memberikan kepada beliau pakaian. (Lihat Siyar ‘Alam an-Nubala 12/448, cet Muassassah ar Risalah th. 1435 H)
FAWAID - KANDUNGAN HIKMAH YANG BISA DIPETIK:
- Para Ulama terdahulu ilmunya barokah karena menimba dan mengajarkannya dengan ikhlas mengharap ridho Allah, dan keikhlasannya mereka terlihat dari barokahnya kitab-kitab yang mereka tulis, sebagaimana kitab Shohih al-Bukhori yang dijadikan sandaran utama dalam hadits sampai saat ini.
- Ketawadhu’an Imam al-Bukhori rahimahullah dalam menimba ilmu syar’i dan mengajarkannya, seandainya beliau berkenan untuk meminta kepada orang-orang kaya saat itu tentunya beliau sudah diberikan apa yang menjadi keinginan maupun kebutuhannya, namun beliau berusaha dengan kerja kerasnya sendiri untuk mencukupi kebutuhannya bahkan sampai menjual apa yang beliau miliki hingga tidak tersisa darinya satu pakaian pun.
- Kepekaan dari para penuntut ilmu yang belajar di kajiannya Imam al-Bukhori rahimahullah, mendatangi gurunya yang tidak mengajar serta berusaha mencukupi apa yang menjadi hajat dari gurunya. Dan ini lah yang harus dilakukan oleh orang-orang yang diberikan kemudahan dan kelapangan rezki untuk membantu dan meringankan kesulitan yang dialami para ustadz/da’i yang tidak memiliki mata pencaharian tetap.
- Semangat dari Imam al-Bukhori rahimahullah dalam mengajarkan adab yang terpuji bagi para muridnya dimana beliau tidak meminta upah bahkan tidak mentarget bayaran tertentu dari usaha mengajarnya.
- Kehidupan yang sulit lagi kekurangan dari para ulama salaf terdahulu dalam menuntut ilmu tidak menjadikan mereka putus asa dan berpangku tangan, namun mereka tetap ikhlas menuntut ilmu dan mengajarkannya kepada umat semata-mata mengharap ganjaran dari Allah Azza wa Jalla. Lalu pantaskah bagi seorang yang belajar dan mengajar saat ini untuk berpangku tangan dan mengeluh kepada jamaahnya agar dikasihani ?
- Ulama yang benar-benar ulama adalah yang ilmunya meresap dan tercermin dalam akhlaq kesehariannya, apa yang disampaikan dan yang terjadi pada kesehariannya tidak ada yang berbeda, dan itu telah dibuktikan oleh Imam al-Bukhori rahimahullah dimana beliau menuliskan hadits shohih dalam kitab Shohihnya:
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
“Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya.”
SHOHIH (HR. Al-Bukhari, no. 1474; Muslim, no. 1040)
Beliau rahimahullah merealisasikan hadits tersebut dengan tercermin dari kehidupan sehari-harinya.
Sepantasnya bagi kita untuk meneladani beliau rahimahumallah dimana menuntut ilmu syar'i dan mengajarkannya tidak menjadikannya berpangku tangan kepada orang lain.
Tidak pantas bagi kita berharap ataupun mengemis kepada orang, bahkan seorang suami yang belajar ilmu syar'i pun tidak boleh MINTA-MINTA bahkan terus menerus menyusahkan orang tuanya.
- Kajian yang dilakukan oleh Imam Al-Bukhori rahimahullah diikuti oleh para muridnya adalah kajian rutin, karena kalau tidak rutin bagaimana mungkin para muridnya tahu bahwa Imam Al-Bukhori rahimahullah berhalangan hadir dan juga kata-kata …
كُنَّا مَعَ البُخَارِيِّ بِالبَصْرَةِ نكتبُ
Kami pernah bersama imam Al-Bukhori di kota Basroh, kami senantiasa menulis (kajian ilmu darinya)
Dan نكتبُ kami senantiasa menulis – itu dengan menggunakan fi’il mudhori’ yang bermakna terus menerus atau senantiasa.
- Dan itupun menunjukkan bahwa sesuatu yang rutin walaupun sedikit itu lebih baik dari pada banyak namun tidak rutin/terputus, sebagaimana hadits yang mulia:
Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ
“Sesungguhnya amalan yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang kontinyu (rutin) walau jumlahnya sedikit.”
SHOHIH (HR. Al-Bukhari no. 5861 dan Muslim no. 782).
Saudaraku, terkadang berbagai fasilitas dan kemudahan itu tidak bisa menjamin seseorang untuk dapat menjadi faham dalam agama, lihatlah para Ulama terdahulu yang hidup sederhana namun ilmu dan waktunya barokah. Jangan hanya memancing dari kolam ikan yang hanya ada di dunia maya namun pancinglah ikan sungguhan dari kolam yang memang banyak ikannya, artinya, mari kita bersemangat mendatangi kajian Islam Ilmiyah. Ahsannya jangan hanya berkutat dan mengandalkan ilmu copas sana-sini dari internet, namun mendatangi langsung kajian ilmu syar'i itu manfaat dan barokahnya banyak sekali.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Wallaahu a'lam bishshawwaab.
Abu Kayyisa,
Dubai UAE - Siang menderap Pencakar Langit Dubai, Senin, 28 Dzulhijjah 1437 H/26 September 2016.
ARSIP ARTIKELs
Kajian Online UAE 
Add comment